RSS
Hello! Welcome to this blog. You can replace this welcome note thru Layout->Edit Html. Hope you like this nice template converted from wordpress to blogger.

Resident Evil Afterlife



Berbicara tentang video game yang diadaptasi menjadi film, jumlahnya memang banyak, tapi yang sukses tergolong sedikit. Bujet produksi yang minim dan naskah yang buruk menjadi penyebab utama sebagian besar kegagalan film yang berasal dari game, sebut saja Street Fighter, D.O.A, sampai film-filmnya Uwe Boll. Sedangkan yang sukses bisa terbilang hanya Lara Croft: Tomb Raider dan mungkin kelak Prince of Persia.

Sementara seri film Resident Evil tergolong kelas menengah. Dengan bujet produksi yang tak begitu tinggi, rata-rata perolehan box office dari seluruh dunia sanggup menghasilkan dua sampai tiga kali bujet. Setelah pada tahun 2002 melejitkan Milla Jovovich sebagai bintang aksi laga wanita, dalam dua tahun lahirlah Resident Evil: Apocalypse yang disutradarai Alexander Witt, sementara Paul W.S. Anderson hanya duduk sebagai produser. Ternyata hasilnya masih dianggap cukup bagus sehingga muncul Resident Evil: Extinction di tahun 2007 dengan posisi sutradara oleh Russell Mulcahy. Banyak yang menduga seri film Resident Evil berakhir di trilogi. Tapi ternyata salah.

Pada tahun 2010, Resident Evil akan hadir seri film keempat dengan tambahan Afterlife. Tentu saja Milla Jovovich akan melanjutkan perannya sebagai Alice yang terjebak sejak dari Raccoon City. Begitu pula Ali Larter meneruskan karakternya Claire Redfield. Sementara tokoh Jill Valentine akan digantikan Kacey Barnfield mengantikan Sienna Guillory. Dan seperti biasa, di setiap seri Resident Evil akan selalu menghadirkan tokoh baru. Kali ini yang dimunculkan adalah Chris Redfield yang dimainkan oleh Wentworth Miller, seorang aktor yang angkat nama dari serial televisi Prison Break. Tokoh Chris tentu akan menjadi saudara dari Claire.

Dari segi cerita kurang lebih masih tetap akan melawan perusahaan Umbrella Corporation yang menciptakan virus sehingga manusia berubah menjadi zombie. Dengan jumlah manusia yang semakin sedikit, mereka mencari obat virus sekaligus mempertahankan diri dari berbagai monster yang ada.

Justru hal yang menarik dari seri keempat adalah akan sengaja dibuat dalam bentuk 3D sesuai trend yang berkembang saat ini. Itu sebabnya jadwal yang semula Agustus 2010 sempat dimundurkan Januari 2011 sebelum akhirnya kembali ke 10 September 2010 karena yakin proses 3D akan selesai saat itu. Jadi nantikan saja penonton dengan kacamata khusus melihat beberapa benda dan peluru beterbangan dari layar bioskop ke hadapan Anda.

Alice in wonderland

Film yang menghabiskan dana sebesar US$200 juta untuk biaya produksinya ini dibuka dengan sebuah flashback masa kecil Alice yang bermimpi tentang makhluk-makluk aneh. Alice tumbuh dengan pandangan bahwa mimpi yang ia alami hanyalah sebuah bunga tidur, sampai ia melihat seekor kelinci berusaha menarik perhatiannya. Alih-alih menerima pinangan seorang bangsawan, Alice memutuskan mengikuti kelinci tersebut, yang ternyata membawanya kembali ke Wonderland. Sekali lagi, ia kembali ke dunia yang sebenarnya pernah ia datangi saat ia masih kecil dulu. Dan sekali lagi, ia melewatii pertualangan yang sama dan bertemu orang-orang yang sebenarnya sudah ia kenal. Tim Burton cukup berhasil memasukkan unsur gothic yang merupakan ciri khas penyutradaannya dengan sangat baik. Suasana kelam terlihat sangat menawan dalam balutan warna-warni para makluk-makhluk aneh yang ada di Wonderland. Beberapa perubahan yang dilakukan agar terlihat lebih dewasa pun tidak mengganggu alur kisah orisinil yang sudah banyak diketahui panonton. Walaupun berhasil membangun dunia Wonderland dengan sangat baik, Burton gagal total dalam membagun karakter dan cerita yang menarik. Salah satu tantangan dalam mengadaptasi sebuah kisah klasik adalah menyajikan cerita yang mungkin sudah dihapal orang secara menarik, dan Alice in Wonderland benar-benar berhasil membuat mengantuk orang yang menontonnya. Walaupun kisah Alice mengalami beberapa penyesuaian, inti cerita yang diusung hampir sama persis dengan cerita asli maupun adaptasi-adaptasi sebelumnya. Tensi ketegangan film terasa sangat datar dari awal hingga menjelang akhir. Apabila tidak didukung music score yang menghentak saat adegan pertempuran puncak, maka lengkap lah Alice menjadi film nina bobo bagi yang menonton. Hal ini diperparah dengan konsep karakter yang terasa sudah tidak asing apabila berbicara tentang film Burton. Depp yang memerankan Mad Hatter terlihat freak, tapi sayang, peran seperti ini bukan barang baru bagi Depp. Hampir seluruh pemain membawakan peran mereka di bawah rata-rata, khususnya aktris Mia Wasikowska yang terlihat seperti pemain amatiran tanpa penjiwaan. Satu-satunya pemain yang layak pendapat kredit khusus terkait aktingnya adalah si Kepala Besar Helena Bonham Carter yang untuk kesekian kalinya berhasil membuktikan bahwa peran yang ia dapatkan bukanlah karena ia pasangan sang sutradara. Carter benar-benar berhasil menyatu dengan karakter Red Queen yang terlihat semena-mena dan menyebalkan. Efek 3D? Sesaat keluar dari bioskop, hampir pasti Anda akan menyesal dan berharap untuk memiliki sebuah mesin waktu agar dapat kembali ke momen Anda membeli tiket untuk memilih versi regular 2D saja. Hampir di semua adegan gambar terlihat flat, efek berlapis yang biasanya ada hanya muncul dalam beberapa adegan saja. Sedangkan untuk adegan keluar dari layar, hanya sedikit adegan yang benar-benar memanjakan mata, seperti saat Alice jatuh ke lubang kelinci serta adegan kemunculan Cheshire Cat yang membuat Anda serasa ingin memegangnya. Selebihnya? Blame Cameron because make Alice in Wonderland 3D effect look suck.



Sex and the City 2


Sex and the City 2

Kisahnya merupakan sekuel dari film pertamanya. Dikisahkan setelah perkawinannya dengan Mr big alias John Preston (Chris Noth) masalah belum usai bagi Carrie Bradshaw (sarah Jessica Parker) karena perkawinan perlu pula dinikmati. Begitu pula dengan Jones (Kim Catrall), Miranda Hobbes (Cynthia Nixon) dan Charlotte York (Kristin Davis) yang sibuk dengan anak mereka. Kemudian muncul Aidan Shaw (John Corbett) yang semakin menambah rumit masalah.

Kota New York dirasa sudah tak muat bagi mereka. Sehingga liburan di Dubai dirasakan perlu. Dalam liburan itu mereka ingin bersenang-senang dan melepas stress, atau malahan menambah masalah baru?.

Film ini memang tetap dengan ciri khasnya, dialog yang vulgar serta parade busana dan sepatu terkini dengan segmentasi penonton dewasa, khususnya wanita dan sebagian pria. Jualan film ini hanya kehidupan glamor serta busana yang harganya mahal serta krisis batin wanita paruh baya yang mencari cinta dan seks.




Jakarta undercover


http://www.ziddu.com/download/10087263/JakartaUndercover1.pdf.html
 
Copyright 2009 sephirot. All rights reserved.
Free WordPress Themes Presented by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy